SEJARAH PERADABAN ISLAM
MASA TURKI USMANI (1294-1924)
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENDAHULUAN
Sejak mundur dan berakhirnya era Abbasiyah, keadaan
politik umat Islam mengalami kemajuan kembali oleh tiga kerajaan besar: Turki
Usmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Dari ketiganya, Turki
Usmani adalah yang terbesar dan terlama, dikenal juga dengan imperium islam.
Dengan wilayahnya yang luas membentang dari Afrika Utara, Jazirah Arab, Balkan
hingga Asia Tengah, Turki Usmani menyimpan keberagaman bangsa, budaya dan
agama, Turki usmani mampu berkuasa selama kurang lebih 6 abad berturut-turut.
Tentunya hal ini membawa kesan tersendiri bahwa kerajaan Turki Usmani mampu
membawa masyarakat islam dalam keajayaan selama 6 abad, hal yang menurut pemakalah
adalah tergolong luar biasa.
Makalah ini berusaha memaparkan kembali sejarah
peradaban islam masa turki usmani yang penuh dengan suasana politik, makalah
ini akan berusaha menjelaskan bagaimana kerajaan turki usmani mampu menjadi
kerajaan islam yang paling hebat sepanjang masa, serta bagaimana pula kerajaan
islam sebesar ini bisa runtuh dan akhirnya menjadi republik turki pada tahun
1924.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam pembahasan makalah ini penulis akan menulis
dengan mengacu pada rumusan masalah, yaitu:
1. Sejarah Singkat Berdirinya Kerajaan Turki Usmani
2. Raja-Raja Turki Usmani
3. Kemajuan Turki Usmani
4. Runtuhnya Kerajaan Turki Usmani
5. Analisis
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA KERAJAAN TURKI
USMANI
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, yaitu
Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh
serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Usmani. Anatolia
sebelum masa orang-orang utsmaniyah.
Negeri Anatolia (asia kecil) dahulu sebelum islam
merupakan kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Byzantium (romawi timmur).
Penaklukan-penaklukan oleh pasukan islam sampai di sebagian wilayah timur
negeri ini, dari ujung Armenia hingga ke puncak gunung thurus
sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan muawiyah , kam muslim belum
mampu menaklukkan konstanttinopel, walaupun telah dilakukan berulang kali usaha
penyerangan.
Setelah perang maladzikr pada tahun 463 H yang
dimenagkan oleh orang-orang saljuk dengan kemenangan yang gemilang aas romawi,
pengaruh kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat itu telah
memiliki pemerintahan yang terkemuka yaitu pemerintahan romawi saljuk.
Anatolia kemudian jau ke tangan Mongolia, setelah
merebutnya dari saljuk romawi . maka terjadilah peperangan antara Mongolia dank
am muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada
perang ain jalut, tahun 658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk Romawi dan
Mongolia, menyusul kekalahan besar ini sebagai pelajaran besar ini. Bersamaan
dengan lemahnya Mongolia , pemerintahan utsmaniyah lalu menguasainya pada masa
yang berbeda.[1]
Orang-orang Utsmaniyah bernasab pada kabilah qobi yang
berasal dari kabilah Ghizz Turkmaniyah yang beragama islam dari negeri
Turkistan.Tatkala terjadi penyerbuan mongolia
atas negeri itu, kakek mereka (sulaiman) berhijrah ke negeri romawi, lalu ke
syam dab ke irak. Dan mereka tenggelam di sungai Eufrat.
Kabilah ini lalu terpecah-pecah. Satu
kelompok lalu kembali ke negeri asalnya. Dan satu kelompoknya bersama dengan
Erthoghul bin sulaiman. Nama
Kerajaan Usmani diambil dari nama putra Erthogrul. Ia mempunyai seorang putra
yang bernama Usman yang lahir pada tahun 1258. Nama Usman inilah yang kemudian
lahir istilah Kerajaan Turki Usmani atau Kerajaan Usmani. Pendiri Kerajaan ini
adalah bangsa Turki dari Kabila Oghus. Yang mendiami daerah Mongol dan daerah
Utara Negeri Cina, kemudian pindah ke Turkistan, lalu ke Persia dan Iraq
sekitar abad ke-9 dan 10.
Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia. Wilayah itu berada dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II
(Salajikoh Alaudin Kaiqobad). Erthoghul membantunya melawan serangan dari
Byzantium. Ertoghul menang dan mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari
Alaudin dari Byzantium dan sebagian hartanyamereka melarikan diri ke
wilayah Barat sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat
perlindungan dari Turki Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. Di bawah pimpinan
Ertugrul, mereka mengabdikan diri pada Sultan Alauddin II, Sultan Saljuk yang
berperang melawan Bizantium. Atas jasa baiknya, Sultan Alauddin menghadiahkan
sebidang tanah di Asia Kecil, yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih
Syukud sebagai Ibu kotanya.
Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M.
kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324), atas
persetujuan Alauddin. Pada tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk,
dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi
kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim Kemerdekaan secara penuh atas wilayah
yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani.
Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa
tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.
Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar
Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia memperluas
wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium
dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek taklukan.
Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu
kota pada tahun 1326 M.
Diakhir kehidupannya Usman menunjuk Orchan (42) anak
yang lebih muda dari kedua orang putranya sebagai calon pengganti memimpin
kerajaan. Keputusan tersebut disandarkan pada pertimbangan kemampuan dan bakat
anaknya masing-masing. Orchan sebagai prajurit yang potensial telah mendapat
pengawasan dari ayahnya dan telah menunjukkan kemampuannya dalam konteks
militer pada penaklukkan Brossa. Sementara Alauddin (kakaknya) lebih potensial
dalam bidang agama dan
hukum. Meskipun mereka sama-sama dibina dan dididik oleh ayahnya. Sasaran
Orchan setelah penobatannya menjadi raja ialah penaklukkan kota Yunani seperti
Nicea dan Nicomania. Nicea menyerah pada tahun 1327 dan Nocomedia takluk pada
tahun 1338 M.
B. RAJA-RAJA TURKI USMANI
Dalam masa kurang lebih 6 abad (1294-1924), berkuasa,
kerajaan turki usmani mempunyai raja sebanyak 40 orang yang silih berganti,
namun demikian, dalam makalah ini akan kami bahas beberapa raja yang
berpengaruh saja, diantaranya:
1. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)
Pada tahun 699 H usman melakukan perlusan kekuasaannya
sampai ke Romawi Bizantium setelah ia mengalahkan Alauddin Saljuk. Usman diberi
gelar sebagai Padisyah Al-Usman (Raja besar keluarga usman), gelar inilah yang
dijuliki sebagi Daulah Usmaniyyah.
Usman berusaha memperkuat tentara dan memajukan
negrinya. kepada raja-raja kecil dibuat suatu peraturan untuk memilih salah
satu dari tiga hal, yaitu:
a.
Masuk Islam
b.
Membayar
Jizyah; atau
c.
Berperang
Penerapan sistem ini membawa hasil yang
menggembirakan, yaitu banyak raja-raja kecil yang tunduk kepada Usman.
2. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum urkhan
ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah
menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya.
Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan
menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh
Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan
persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan
senjata meriam.
3. Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain
memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan
menaklukkan bebrapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang
kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan
berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan
Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad
I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan
meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa.
Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362
M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke
tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa
Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.
4. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan
ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di
Asia Kecil dan Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar
pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan
penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan
cikal bakal terjadinya Perang Salib.
Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa,
namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya
ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga
mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan
wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.
Kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk
bagi Turki Usmani, sehingga penguasa-penguasa Saljuk di Asia Kecil satu persatu
melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani. Hal ini berlangsung sampai
pengganti Bayazid muncul.
5. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap
penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani,
sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan
diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad
I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan
kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.
Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan
Muhammad I dapat mengangkat citra Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali,
yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki
kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan
kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan
Muhammad I meninggal.
6. Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan
diambil alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan
Muhammad I. Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali
daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah
pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan
Hongaria.
Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat
dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib.
Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi
dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat
dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan
menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya
bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.
7. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan
kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad
Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel.
Muhammad Al-Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai
dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibukota Bizantium. Konstantinopel
adalah kota yang sangat penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam
sebelumnya.
Seperti halnya raja-raja dinasti Turki Usmani
sebelumnya, Muhammad Al-Fatih dianggap sebagi pembuka pintu bagi perubahan dan
perkembangan Islam yang dipimpin Muhammad.Tiga alasan Muhammad menaklukkan
Konstantinopel, yaitu:
a. Dorongan iman kepada Allah SWT, dan semangat
perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw untuk menyebarkan ajaran Islam.
b. Kota Konstantinopel sebagai pusat kemegahan bangsa
Romawi.
c. Negrinya sangat indah dan letaknya strategis untuk
dijadikan pusat kerajaan atau perjuangan.
Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota
Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar dipinggir Bosporus yang
berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng Bosporus ini dikenal
dengan nama Rumli Haisar (Benteng Rum).
Benteng yang didirikan umat Islam pada zaman Muhammad
Al-Fatih itu dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota
Konstantinopel. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan
selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam ( 29
Mei 1453 M) dan Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Setelah
memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian
dijadikan mesjid bagi umat Islam.
Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya
kota itupun dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti
menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam,
berturut-turut pula diikuti oleh penguasaan Negara-negara sekitarnya seperti
Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Setelah pemerintahan Sultan Muhammad,
berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
a.
Sultan
Bayazid II (1481-1512 M)
b.
Sultan
Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
c.
Sultan
Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
d.
Sultan
Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
e.
Sultan
Murad III ( 1573-1596 M)
Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan
oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki. Akan
tetapi kekuasaan sultan-sultan tersebut tidak sebesar kerajaan-kerajaan
sultan-sultan sebelumnya. Para sultan itu lebih suka bersenang-senang.,
sehingga melupakan kepentingan perjuangan umat Islam. Akibatnya, dinasti turki
Usmani dapat diserang oleh tentara Eropa, seperti Inggris, Perancis, dan Rusia.
Sehingga kekuasaan Turki Usmani semakin lemah dan berkurang karena beberapa negri
kekuasaannya memisahkan diri,diantaranya adalah:
a.
Rumania
melepaskan diri dari Turki Usmani pada bulan Maret 1877 M.
b.
Inggris
diizinkan menduduki Siprus bulan April 1878 M.
c.
Bezarabia,
Karus, Ardhan, dan Bathum dikuasai Rusia.
d.
Katur
kemudian menjadi daerah kekeusaan Persia.
C. KEMAJUAN TURKI USMANI
1. ASPEK KEKUASAAN WILAYAH
Sepeninggal Sultan Usman pada Tahun 1326 M, Kerajaan
dipimpin oleh anaknya Sultan Orkhan I (1326-1359 M). Pada masanya
berdiri Akademi militer sebagai pusat pelatihan
dan pendidikan, sehingga mampu menciptakan kekuatan militer yang besar dan dengan mudahnya dapat menaklukan Sebagian daerah benua Eropa
yaitu, Azmir (Shirma) tahun 1327 M, Tawasyanli 1330 M, Uskandar 1338 M, Ankara 1354 M dan
Galliopoli 1356 M.
Ketika Sultan
Murad I (1359-1389 M) pengganti orkhan naik. Ia memantapkan keamanan dalam negri dan melakukan perluasan ke
benua Eropa dengan menaklukan Adrianopel
(yang kemudian menjadi ibu kota kerajaan baru) , Macedonia, Sopia, Salonia, dan
seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas dengan kesuksesan Kerajaan Usmani, negara Kristen Eropa pun bersatu yang
di pimpin oleh Sijisman memerangi kerajaan, hingga terjadilah pertempuran di
Kosovo tahun 1389 M, namun musuh dapat di pukul mundur dan di hancurkan .
Pada tahun 1389 M, Sultan Bayazid naik tahta (1389-1403
M), Perluasan berlanjut dan dapat menguasai Salocia, morea, Serbia,
Bulgaria, dan Rumania juga pada tahun 1394 M, memperoleh kemenangan dalam perang Salib di Nicapolas.
Selain menghadapi musuh-musuh Eropa, Kerajaan juga dipaksa menghadapi
pemberontak yang bersekutu dengan Raja islam yang bernama Timur Lenk di
samarkand. Pada tahun 1402 M pertempuran hebat pun terjadi di Ankara, yang pada
akhirnya Sultan Bayazid dengan kedua
putranya Musa dan Erthogrol, tertangkap dan meninggal di tahanan pada tahun
1403 M. Sebab kekalahan ini Bulgaria dan Serbia memproklamirkan kemerdekaannya.
Setelah Sultan Bayazid meninggal, terjadi perebutan
kekuasaan di antara putra –putranya (Muhammad, isa dan sulaiman) namun di
antara mereka Sultan Muhammad I lah
yang naik tahta (1403-1421 M), di
masa pemerintahannya ia berhasil
menyatukan kembali kekuatan dan daerahnya
dari bangsa mongol,
terlebih setelah Timur lenk meninggal pada tahun 1405 M.
Pada tahun 1421 M, Sultan Muhammad meninggal dan di
teruskan oleh anaknya, Sultan Murrad II
(1421-1484 M) hingga mencapai banyak kemajuan pada masa Sultan Muhammad II/ Muhammad Al Fatih
(1451-1484 M) putra Murrad II. Pada
masa Muhammad II, Tahun 1453 M ia dapat mengalahkan Bizantium dan menaklukan
Konstantinopel . Setelah Beliau meninggal di gantikan oleh putranya Sultan
Bayazid II
Berbeda dengan Ayahnya, Sultan Bayazid II (1481-1512 M) lebih mementingkan kehidupan
Tasawuf dari pada penaklukan wilayah, sebab itu muncul kontroversial akhirnya ia mengundurkan diri dan di gantikan
putranya Sultan Salim I
Pada masa Sultan
Salim I (1521-1520 M) terjadi perubahan peta arah perluasan, memfokuskan
pergerakan ke arah timur dengan
menaklukan Persia, Syiria hingga menembus
Mesir di Afrika Utara yang sebelumnya di kuasai mamluk.
Setelah Sultan Salim I Meninggal , Muncul Putranya Sultan Sulaiman I (1520-1566 M) sebagai
Sultan yang mengantarkan Kerajaan Turki Usmani pada masa keemasannya, karena
telah berhasil menguasai daratan Eropa hingga Austria, Bulgaria, Yunani,
Yugoslavia, Albania, Hongaria dan Rumania, Afrika Utara hingga Mesir, Aljazair,
Libia, Dan Tunis. Asia hingga Persia, Amenia, Siria. meliputi lautan Hindia,
Laut Arabia, Laut Tengah, Laut Hitam. juga daerah-daerah di sekitar kerajaan
seperti Irak, Belgrado, Pulau Rodes, Tunis, Budapest dan Yaman.
2. ASPEK PEREKONOMIAN
Tercatat beberapa kota yang maju dalam bidang industri
pada waktu itu di antaranya :
a.
Mesir
sebagai pusat produksi kain sutra dan katun
b.
Anatoli
selain sebagai pusat produksi bahan tekstil dan kawasan pertanian yang subur,
juga menjadi pusat perdagangan dunia pada saat itu.[2]
3. ASPEK ILMU PENGETAHUAN
a.
Tempat
pendidikan
Secara umum pada masa dinasti usmaniyah tidak terlalu
memfokuskan perhatian terhadap ilmu pengetahuan, sehingga mengakibatkan Bidang
ilmu pengetahuan kurang begitu menonjol,
tidak seperti Dinasti islam sebelumnya,
akan tetapi ada beberapa titik kemajuan yang terlihat yaitu pada masa sultan
Muhammad al-fatih.
Pada masa sultan alfatih, ilmu pengetahuan memdapat
cukup perhatian, sehingga pada masa itu tampak kemajuannya, terbukti dengan
tersebarnya sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi
di semua kota besar ataupun kecil, demikian pula dengan desa-desa terpencil.
Disamping itu semua sekolah-sekolah dan akademisi-akademisi telah terorganisir,
berjenjang dan memiliki kurikulum serta
bersistem jurusan.
Disamping pembangunan sekolah-sekolah dan
akademisi-akademisi kepedulian akan ilmu pengetahuan juga terlihat dari
perpustakaan-perpustakaan yang dibangun di sekitar sekolah dimana pengelolaan
perpustakaan tersebut sangat tertib, terbukti dengan keteraturan catatan
peminjan.[3]
b.
Penerjemahan
kitab-kitab
Pada masa sultan al-fatih telah dilakukan penerjemahan
khazanah-khazanah lama dari bahasa yunani, latin, Persia dan arab kedalam
bahasa turki, salah satu buku yang diterjemahkan adalah masyahir al-rijal
(orang-orang terkenal) karya poltark, buku-buku lainnya yang diterjemahkan ke
bahasa turki adalah buku karangan abu al-qasim al-zaharowi al-andalusi, seorang
ahli kedokteran yang berjudul al-tashrif fi al-thibbi. Buku ini kemudian diberi
tambahan pembahasan alat-alat untuk bedah dan posisi pasien tatkala terjadi
operasi bedah.[4]
D. RUNTUHNYA KERAJAAN TURKI USMANI
Faktor-Faktor Keruntuhan Khilafah Utsmaniyah (974-1171
H/1566-1757 M) Kenaikan
Sultan Salim II (1566-1574) telah dianggap sebagai permulaan keruntuhan Turki
Utsmani dan berakhrnya zaman keemasannya.
Hal ini ditandai dengan melemahnnya semangat
perjuangan prajurit utsmani yang menyebabkan sejumlah kekalahan dalam
pertempuran menghadapi mmusuh-musuhnya. Pada tahun 1663 , tentara utsmani
menderita kekalahan dalam penyerbuan hongaria. Tahun 1676 turki kalah dalam
pertempuran di Mohakez, Hungaria dan menandatangani perjanjian karlowits pada
tahun 1699 yang berisi pernyataan seluruh wilayah Hungaria, sebagian besar
Slovenia dan Croasia kepada penguasa Venetia.[5]
Pada tahun 1774, penguasa Utsmani, Abdul Hamid
menandatangani perjanjian dengan Rusia yang berisi pengakuan kemerdekaan
Crimenia dan penyerahan benteng-benteng pertahanan di laut hitam serta
memberikan izin kepada rusia untuk melintasi selat antara laut hitam dengan
laut putih.[6]
Apabila dikategorikan, maka faktor-faktor keruntuhan
kerajaan turki usmani adalah:
a. Faktor internal
1)
Karena luas
wilayah kekuasaan serta buruknya system pemerintahan, sehingga hilangnya
keadilan, banyaknya korupsi dan meningkatnya kriminalitas.
2)
Heterogenitas
penduduk dan agama.
3)
Kehidupan
istimewa yang bermegahan.
4)
Merosotnya
perekonomian negara akibat peperangan yang pada sebagian besar peperangan turki
mengalami kekalahan.
b. Faktor Eksternal
1)
Munculnya
gerakan nasionalisme. Bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan turki selama
berkuasa, mulai menyadari kelemahan dinasti tersebut. Kemudian ketika turki
mulai lemah mereka bangkit untuk melawannya.
2)
Terjadinya
kemajuan teknologi di barat khususnya bidang persenjataan. Turki selalu
mengalami kekalahan karena mereka masih menggunakan senjata tradisional,
sedangkan wilayah barat seperti eropa telah menguunakan senjata yang lebih maju
lagi.
3)
Melihat
faktor-faktor yang menyebabkan kehancuran turki tersebut, hal ini berawal dari
orang-orang arab yang menghadapi orang-orang utsmaniyah, mereka berada dalam
dilema yaitu mereka di sisi lain ingin menghormati turki sebagai cerminan
persatuan kaum muslimin, di sisi lain mereka mempunyai landasan berfikir ingin
memerdekakan diri dari kerajaan turki tersebut.[7]
BAB III
ANALISIS
Dalam kurun waktu 6 abad berkuasa, kerajaan turki
usmani telah diakui oleh sejarah sebagai kerajaan islam terbesar dan terlama
disbanding dengan kerajaan islam lainnya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal
penting sehingga kerajaan ini mampu bertahan sedemikian lamanya. Penulis ingin
menganalisis dari bebagai aspek, yaitu:
Sistem sosial masyarakat, salah satu kunci kesuksesan
dan keberhasilan turki usmani adalah adanya persatuan di antara masyarakatnya
yang begitu banyak, (pada tahun 1520 jumlah penduduk kerajaan turki usmani
adalah 11,692,480 peduduk). Persatuan ini oleh pemerintah diwadahi dalam bentuk
organisasi keagamaan bernama millet. Millet adalah kelompok agama yang
diperbolehkan membangun komunitasnya sendiri di bawah peraturan dan
perlindungan kerajaan turki usmani. pluralitas yang diberikan pada rakyatnya
mampu memberikan rasa persatuan bagi rakyat dari berbagai wilayah yang
ditaklukannya sehingga, semua masyarakatnya bersatu. Namun pada akhirnya sistem
ini runtuh bersamaan dengan munnculnya paham nasionalisme yang disebarkan oleh
bangsa barat, yang memang bertujuan menyerang dari dalam masyarakatnya.
Sehingga setiap wilayah / kerajaan kecil yang ditaklukannya mulai memberontak
dari dalam atas semangat nasionalisme mereka, masyarakat kerajaan turki usmani
pun kemudian terpecah belah, setelah sebelumnya bersatu, bahkan kerajaan turki
usmani mendapat julukan “The Sickman Europe” (Orang Eropa yang sakit).
Hal ini kemudian ingin dihilangkan dengan memberikan
paham pan-turkisme, paham untuk menyatukan seluruh masyrakat turki, namun paham
ini tidak bisa diterima rakyat, berlanjut dengan paham pan-islamisme oleh
Sultan Abdul Hamid II, paham yang menyerukan umat islam bersatu secara politik,
persatuan ini diwujudkan berupa pengakuan sultan turki usmani sebagai khalifah
umat islam, gagasan ini berhasil mendapat simpati umat islam untuek beberapa
tahun. Namun perlawanan barat tidak berhenti sampai di situ, kartu As terakhir
mereka adalah mengusung paham demokrasi yang kemudian mengakhiri kerajaan turki
usmani dan memunculkan republik turki yang dipelopori oleh Mustafa kemal
attaturk.
Kekuatan militer, berbeda dengan kerajaan-kerajaan
islam sebelumnya, kerajaan turki usmani, mulai dari raja pertamanya Usman
hingga raja terhebatnya Sulaiman Al Qanuni, lebih memfokuskan pada perkembangan
militer. Hal ini dikarenakan bangsa turki terkenal sebaga bangsa yang berdarah
militer, sehingga semangat militernya sangat kuat, untuk itu sebagian besar
APBN kerajaan dipergunakan untuk membiayai prajurit perang daripada untuk
keperluan lain, seperti agama, ilmu pengetahuan dan lain-lain. Bahkan untuk
memperbanyak prajurit, raja kedua turki usmani, Orkhan mengangkat Bangsa-bangsa
non-Turki sebagai prajurit, bahkan anak-anak Kristen yang masih kecil
diasramakan dan dibimbing dalam suasana Islam untuk dijadikan prajurit. Program
ini ternyata berhasil dengan terbentuknya kelompok militer baru yang disebut
pasukan Jenissari atau Inkisyariah. Pasukan inilah yang dapat mengubah negara
Usmani menjadi mesin perang yang paling kuat, dan memberikan dorongan yang amat
besar dalam penaklukkan negeri-negeri non muslim. Hal ini menjadikan kerajaan
ini lebih kuat dibandingkan kerajaan-kerajaan lain, sehingga semakin banyak
wilayah yang ditaklukkan maka semakin banyak pula prajurit-prajurit baru yang
dapat dilatih untuk dijadikan tentara islam. Jadilah kerajaan turki usmani
kerajaan yang hebat dan berwilayah yang luas.
Sistem pemerintahan, saat wilayah semakin luas,
tentunya sistem pemerintahan harus hebat juga, dalam mengelola wilayah yang
luas sultan-sultan Turki Usmani senantiasa bertindak tegas. Sulaiman Al Qanuni
menerapkan sistem pemerintahan pembagian wilayah kekuasaan, sehingga dalam
struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi, dibantu oleh shadr
al-a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Gubernur
mengepalai daerah tingkat I. Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq
atau al-’alawiyah (bupati). Hal ini menjadikan kerajaan turki usmani pada masa
sulaiman Al-Qanuni bisa mengatur wilayah yang sedemikian besarnya.
Ilmu pengetahuan, meskipun kerajaan turki usmani hebat
dalam hal sistem militer dan sistem pemerintahan, namun mereka tidak terlalu
memperhatikan ilmu pengetahuan, yang sebenarnya bisa lebih memperkuat tenaga
militer. APBN Negara sebagian besar dipergunakan untuk membiayai pendidikan
militer bangsa-bangsa non-turki untuk dijadikan prajurit islam yang kuat,
sehingga hanya sedikit yang dipergunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Hal ini merupakan kelemahan tersendiri bagi mereka. Berbeda dengan
kerajaan-kerajaan barat yang lebih memfokuskan perhatian pada ilmu pengetahuan,
sehingga perkembangan ilmu pengetahuannya berkembang pesat, yang kemudian
memperkuat militer dengan senjata-senjata api baru, yang tidak dimiliki oleh
turki usmani. ketika bangsa turki usmani diserang oleh bangsa barat dengan
senjata baru mereka, bangsa turki usmani mulai kekualahan. Sehingga pasca
kehebatan dan wilayahnya yang luas, sedikit demi sedikit kerajaan ini mulai
digerogoti, baik dari luar kerajaan maupun dari dalam kerajaan (pemberontak).
Munculnya kaum elit, bahwa raja-raja setelah sulaiman
al qanuni, kurang bisa mengatur pemerintahannya, bahkan ditambah lagi munculnya
kaum elit kapitalis di wilayah pemerintahan, sehingga individualitas antar
pemimpin dan golongan-golongan elit semakin tumbuh, yang berlanjut dengan
penumpukan harta umtuk kepentingan masing-masing, hal ini dimanfaatkan oleh
Negara-negara yang telah dikuasainya untuk memerdekakan diri, mereka tidak mau
lagi dimanfaatkan tenaganya oleh bangsa turki untuk dijadikan tentara,
disamping itu serangan-serangan barat pada wilayah terluar kerajaan juga
semakin memperburuk suasana pemerintahan, anggaran dana yang seharusnya
dipergunakan untuk memperkuata pertahanan militer Negara sebagian besar dikuasai
dan dimonopoli oleh kaum elit kerajaan, hal ini mengakibatkan semangat
berperang prajurit melemah karena tidak adanya dana untuk peperangan yang
memadai, sehingga perlahan-lahan wilayah kerajaan mulai mengalami penyusutan,
hingga pada tahun 1924 kerajaan turki usmani berubah menjadi republik turki
BAB IV
KESIMPULAN DAN PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Kerajaan turki utsmani merupakan kerajaan yang
dipimpin oleh 40 sultan. Pada abad pertengahan memang masa yang paling
bersejarah bagi bangsa arab, bahkan kemunduran bagi bangsa barat, dalam segi
pandang kerajaan, kekuasaan wilayah adalah yang terpenting. Turki utsmani yang
memimpin selama kurang lebih 6 abad memberikan bukti kejayaannya sampai ke
Eropa, akan tetapi dari stagnanisasi bangsa utsmani mereka lebih memajukan
kemiliteran mereka dari pada pendidikannya, bagi mereka kemiliterannya adalah
satu hal yang terpenting yang harus dimiliki leh seorang pemimin, dengan
orientasi penalukan konstantinopel, membuat mereka menjadi bersemangat untuk
menjadikan kerajaan turki utsmani menjadi symbol kejayaan islam.
Penyimpangan orientasi mereka ini membuat terlena dengan
keluasan wilayah sehingga membuat mereka meninggalkan perkembangan pendidikan
mereka. Berbeda dengan bangsa Eropa yang telah mengugguli mereka, kemunduran
kerajaan turki utsmani ini terlihat dari bagian bagian wilayah yang dikuasai
oleh turki utsmani ini mulai tergerak ingin merubah hidupnya menjadi yang lebih
baik dan muncul paham kapitalisme individual sehingga sebagian mereka ingin
melepaskan diri. Tampaknya pengaruh
barat mulai mendapatkan hasil dengan kelemahan kerajaan turki ini, dan terlahir
paham-paham yang ingin membebaskan, sehingga paham turki sendiri tidak dapat
menghalangi mereka.
B.
PENUTUP
Demikianlah makalah ini kami buat, kami menyadari
tentunya makalah ini tak lepas dari kesalahan-kesalahan, baik itu kesalah
tulisan atau kesalahan materi, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari segenap pembaca dan dosen pengampu senantiasa kami harapkan, demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
C.E.
Bosworth, Dinasti-dinasti Islam,(Bandung: Mizan, 1980),
Edyar, Busman dan Ilda Hayati, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta,
Pustaka Asatruss,2009).
Hitti,
Philip K. History of the Arabs, (London: The Mac Millan Press, 1974),
Nasution,
Harun. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1996),
Syalabi,
Ahmad. Sejarah dan Kebudayaan Islam Imperium Turki Usmani, (Jakarta:
Kalam Mulia, 1988)
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2003
Al Usairi, Ahmad, terjemah Tarikhl Al Islamiy “Sejarah Islam”,
Akbar, Jakarta 2008
Syalaby,Ali Muhammad, Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah,pustaka
Al kautsar, Jakarta 2008
http://iwanbustomi.blogspot.com/2010/06/turki-utsmani.html
http://initialdastroboy.wordpress.com/2010/04/15/kemunduran-tiga-kerajaan-besar-utsmani-safawi-dan-mughal/
http://kritistransformatif.blogspot.com/2011/01/turki-usmani.html
http://orgawam.wordpress.com/2008/11/28/turki-utsmani-kekhalifahan-berakhir-abad-kemarin/
[3].Syalaby,Ali Muhammad,
Bangkit Dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah,pustaka Al kautsar, Jakarta 2008 . hal. 180
Tidak ada komentar:
Posting Komentar